Kamis, 16 Januari 2014

Ketika Merpati Putih Datang Kembali (part1)





           Taukah kau merpati putih? Ketika aku melepaskanmu, aku merasa bahagia karena kau bebas dengan bahagia pula. Tapi, sadarkah kau? Ketika kau merasa bahagia, kebahagiaanku juga tumbuh secara pura-pura. Apa kau tau? Aku menyimpan banyak duka? Bukan karena melepaskan dan kehilanganmu. Tapi, orang disekitarmu membuat ku tertekan. Aku paham pula perasaanmu. Dan taukah kamu? Ketika kamu kembali datang, aku merasa sakit. Aku tau kau membawa surat bahagia. Tapi, sakit.. semua imajinasiku keluar, sakit dan sakit. Tertusuk kukumu yang tak sengaja menyentuh jariku. Apa kau tau itu?
            Satu hari, aku merasakan suara mu, Merpati Putih. Kau datang!! Aku tak bahagia, tak sedih pula. Tapi, entah mengapa, aku selalu berpikir ini adalah skenariomu. Dengan sekuat tenaga aku berusaha untuk berpikir positif atas kedatanganmu kembali ke rumahku. Aku menanggapimu dengan baik. Aku selalu berusaha berpikir kau merpati putih yang baik. Ya, kami baik-baik saja layaknya dulu kau hewan milikku dan aku majikan mu.
            Tapi, kenapa perasaan negative itu muncul? Aku tak mengerti mengapa begitu. Semua itu mengelilingi pikiran dan perasaanku. Tak ku sangka, masalah itu kembali muncul. Merpati Hitam tak suka dengan kebersamaan ku dengan Merpati putih. Entah mengapa. Tak ada maksud lain dariku. Aku tau, Hitam adalah ayah Putih. Aku tak mau merusak hubungan keluarga mereka. Aku tau rasanya, saat kau Putih, di ambil oleh ayahmu dan aku harus melepaskanmu. Sakit. Aku seperti boneka. Boneka yang bodoh dan tak bisa apa-apa. Hanya bisa di permainkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar