Taukah kau merpati putih? Ketika aku
melepaskanmu, aku merasa bahagia karena kau bebas dengan bahagia pula. Tapi,
sadarkah kau? Ketika kau merasa bahagia, kebahagiaanku juga tumbuh secara
pura-pura. Apa kau tau? Aku menyimpan banyak duka? Bukan karena melepaskan dan
kehilanganmu. Tapi, orang disekitarmu membuat ku tertekan. Aku paham pula
perasaanmu. Dan taukah kamu? Ketika kamu kembali datang, aku merasa sakit. Aku tau
kau membawa surat bahagia. Tapi, sakit.. semua imajinasiku keluar, sakit dan
sakit. Tertusuk kukumu yang tak sengaja menyentuh jariku. Apa kau tau itu?
Satu hari, aku merasakan suara mu,
Merpati Putih. Kau datang!! Aku tak bahagia, tak sedih pula. Tapi, entah
mengapa, aku selalu berpikir ini adalah skenariomu. Dengan sekuat tenaga aku
berusaha untuk berpikir positif atas kedatanganmu kembali ke rumahku. Aku menanggapimu
dengan baik. Aku selalu berusaha berpikir kau merpati putih yang baik. Ya, kami
baik-baik saja layaknya dulu kau hewan milikku dan aku majikan mu.
Tapi, kenapa perasaan negative itu
muncul? Aku tak mengerti mengapa begitu. Semua itu mengelilingi pikiran dan
perasaanku. Tak ku sangka, masalah itu kembali muncul. Merpati Hitam tak suka
dengan kebersamaan ku dengan Merpati putih. Entah mengapa. Tak ada maksud lain
dariku. Aku tau, Hitam adalah ayah Putih. Aku tak mau merusak hubungan keluarga
mereka. Aku tau rasanya, saat kau Putih, di ambil oleh ayahmu dan aku harus
melepaskanmu. Sakit. Aku seperti boneka. Boneka yang bodoh dan tak bisa
apa-apa. Hanya bisa di permainkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar