Bolehkah
aku sekedar mengingat atau mengingatkanmu tentang yang ku ingat?
Aku ingat
beberapa minggu yang lalu, beberapa bulan yang lalu, atau mungkin beberapa
tahun yang lalu, dihari Senin. Kita melewati senja bersama, menikmati suara
bising Jakarta, bertukar cerita denngan ramainya kota dan kamu berkata 'senang
bukan bisa melewati itu semua denganku?' Ya, kataku.
Aku ingat beberapa
minggu yang lalu, beberapa bulan yang lalu, atau mungkin beberapa tahun yang
lalu, dihari Jum'at. Hari yang suci.
Kita kembali bertemu dengan bisingnya Kota Jakarta dan berada diantara mobil besar.
Kita kembali bertemu dengan bisingnya Kota Jakarta dan berada diantara mobil besar.
Bukan hanya senja yang kita lalui,
tapi melalui senja bersamamu dan rintik hujan dengan ritmenya yang indah juga teratur.
Aku ingat betul bagaimana
Petrichor itu menembus indra penciumku dengan sempurna.
Aku juga ingat, kau
ragu untuk menerjang hujan bersamaku, 'takut' katamu.
Hujan yang mereda untuk menderas, tebakmu.
Hujan yang mereda untuk menderas, tebakmu.
Masih
ingat bukan aku? Kita pernah mengawali di hari Senin dan mengakhirinya di hari
Jum'at.
Aku hanya ingin mengingat dan ingatan itu membuatku rindu. Rindu segala yang pernah mengalir, meski berakhir lebih cepat dari yang kuduga.
Aku hanya ingin mengingat dan ingatan itu membuatku rindu. Rindu segala yang pernah mengalir, meski berakhir lebih cepat dari yang kuduga.
Hari ini hari pertama di bulan Oktober.
Oktober menyambutku dengan rasa rindu. Iya, rindu yang tak bisa kuutarakan.
Setelah bergulat dengan kisah di bulan Mei, aku disambut rindu bulan ini.
Berapa waktu sudah berlalu, tanpamu.
Tanpa kisah yang berseri.
Seri yang indah, manis hingga rumit.
Hey, aku rindu... Rindu dengan sedikit sesak.
Berapa waktu sudah berlalu, tanpamu.
Tanpa kisah yang berseri.
Seri yang indah, manis hingga rumit.
Hey, aku rindu... Rindu dengan sedikit sesak.
Bagaimana denganmu? Munculkah sedikit rasa rindu itu? Semoga bahagia selalu bersamamu...
Tanpa Nama
Yang Terselip di Sudut Kasur Tua