Sabtu, 22 Juli 2023

Gerobak Gudeg

 



"aku mau punya warung", katanya

"Warung apa?"

"Warung yang tidak ada yang jual disini"

"Maksudmu?", tanyanya

"Warung gudeg? Makanan khas belahan jiwaku lahir. Aku mau jadi bagiannya."

___________

Percakapan singkat yang sedikit menyakitkan, pasalnya itu adalah sebuah amanah terakhir yang paling tidak, harus diwujudkan. Ntah bagaimana caranya, mewujudkannya adalah tujuan hidup pasangannya saat ini. 


Pergi setelah bermimpi. Mungkin itu kalimat yang tepat. Mimpi yang terkubur bersama jasadnya. Mimpi yang tidak pernah bisa kembali ia wujudkan, sama dengan wujudnya yang tidak bisa kembali.


Amanah tetaplah amanah. Sinar datang bak pelangi setelah hujan. Gerobak itu datang untuk dipinang.


"Ini uang mukanya, saya lunasi nanti, bisa?"

"Santai saja, Tuan. Lunasi semampumu." 


Kebetulan adalah jawaban dari takdir Tuhan.

Iya, yang bermimpi ternyata bisa mewujudkan mimpinya. Ia salurkan melalui tangan orang lain dari hasilnya selama hidup. Ia pergi meninggalkan duka, namun duka bagi kami menjadi suka baginya "disana".


"Ini, untuk melunasi gerobaknya", kata kerabat.

"Tidak, jangan pinjamkan saya uang. Cukup saya yang berusaha." 

"Bukan, ini usahanya selama hidup. Tak disangka memang diperuntukkan mewujudkan mimpinya. Ia uangnya, tabungan selama hidupnya. Gunakan untuk mewujudkan mimpinya,"


Bagaimana bisa Tuan tidak menangis. Nyatanya, sang pemimpi gerobak Gudeg sudah menyiapkannya dengan sebuah kebetulan yang menjadi jawaban, bahwa dia masih bersama Tuan. 


Alittleimagine • meynulis.id

Jumat, 05 Mei 2023

New Mom

 Life as a new mom is not easy. 

Rasanya, semua ibu baru layak berkata dan memvalidasi kalimat tersebut. Tidak ada yang dengan siap 100% menjadi orang tua. Iya, bukan hanya "tidak ada lelaki yang siap jadi ayah". Gak ada yang siap, pak mohon maaf.

Bukannya kesiapan itu justru dibangun berdua? Saling menyadari, bahwa tidak ada yang siap dengan situasi, rutinitas, dan anggota baru. Semua berubah, TOTAL. Seharusnya, bukan hanya kehidupan ibu saja yang berubah, tapi ayah juga. Bagaimana bisa tidak merasakan perubahan? Apa artinya minim kontribusi? Ntah.


Banyak yang hilang. Iya betul, lebih tepatnya semua ibu menyadari bahwa ketika ia dikaruniai anak, maka banyak yang hilang. Saya yakin, tidak ada perempuan yang Denial akan hal tersebut. Hanya saja, mereka sadar dan memilih untuk menunda mengembalikan yang hilang (itupun, jika bisa kembali). Mempertahankan perasaan dan mental saja sudah kesulitan, bagaimana mempertahankan hal-hal yang hilang itu? 


Omong-omong soal new mom, pasti sering dong dapat pertanyaan2 yang menurut saya justru itu pertanyaan bodoh, yang seharusnya gak ditanyakan, misalnya "kamu capek ya?". Belum lagi komentar-komentar orang sekitar, tentang anak atau bahkan dirinya, misalnya 

"beratnya 3 kilo? Oh gedean anak saya, 10 kilo",

"kok bisa sih di Caesar?" kayak....... Terus? 


Belum lagi yang hidup dengan orang tua mereka yang punya pikiran dan pola asuh yang kuno, misalnya 

"dibedong, biar lurus kakinya", 

"pakein bedak, biar lucu", 

"abis melahirkan gak boleh tidur siang",

"eehh, kok gendongnya begitu? Nanti tulangnya bengkok-bengkok"


Ataauuuu, dihantui dengan tekanan-tekanan, misalnya 

"jangan dibawa keluar"

"udah didalem aja, kasian"


Kawan, percayalah setidaksiapnya orang tua, dia akan menyiapkan yang terbaik untuk anaknya. Setiaksiapnya orang tua, mereka akan cari tahu yang terbaik untuk anaknya.


Jadi, terimalah apa-apa saja yang sudah disiapkannya itu. Jangan pernah mematahkan, apalagi mengganti yang sudah disiapkan tanpa adanya kesepakatan.


Sebaik-baiknya ibu dan ayah adalah ibu dan ayah mereka sendiri. 


Salam waras dan sehat selalu,

New Mom