Selasa, 24 Agustus 2021

Duka dan Luka

- Pesan untuk Mama -

Dear Mama...
Assalamualaikum, apa kabar ma? Gimana disana? Terang kan? Kami bisa pastikan dari sini. Ma, udah keliatan belum pintu surganya? Semoga sudah ya, Ma...
   Ma, ini hari ke 13 tanpamu. Biasanya, 13 hari kami tanpamu itu kalau kau pergi pulang kampung atau mengunjungi saudara, kalaupun rindu kami bisa mendengar suaramu. Tapi semenjak hari itu kami sadar suara itu begitu berharga ditelinga kami, keluhanmu, celotehmu kala kami tak menjadi anak baik, iya memang dulu kami kesal sekali dengar itu, tapi semenjak hari itu, kami rindu. Bahkan, segala makian kami rela untuk kembali mendengarnya, meski kami tau dirimu tidak akan pernah memaki kami, sesalah apapun kami.
   Ma, benar ternyata katamu. Semua akan terasa kalau orang itu sudah tidak ada di dunia. Benar katamu, canda gurau itu yang akan menjadi luka terberat dari sebuah kehilangan.
   Ma, kata orang kalau kita kehilangan ibu rasanya seperti separuh nyawa kita juga hilang. Benar, Ma. Mereka bukan asal bicara.
   Ma, aku pernah berpikir dan bertanya sama Tuhan, "Tuhan, siapa yang duluan kau ambil? Ambillah aku, supaya keluargaku masih bisa melanjutkan kehidupan." Tapi kemudian aku berpikir, jika aku pergi duluan, kalian semua akan bersedih tak berkesudahan. Setelahnya, Tuhan putuskan mengambil kamu duluan, Ma.
   Ma, dukaku kini nyata. Daksamu tak lagi dapat kuraih. Perih. Rindu. Kini menjadi luka yang tak akan pernah sembuh.
   Ma, jangan pernah lihat kami bersedih, ya. Kalau lihat, anggap saja kami sedang bersandiwara. Kalau tidak bisa, ya maaf. Kesedihan itu tidak bisa disembunyikan. Maaf membuatmu bersedih dari sana. Tapi kamu dijaga Tuhan kan? Pasti.
   Ma, awasi kami dari duniamu, ya. Ingatkan kami jika kami salah, kami keliru, ingatkan kami dengan caramu, cara yang baik ya, Ma. Ma, kami semua baik-baik saja seperti yang kamu lihat. Meski tidak disetiap waktu kami baik-baik saja. Ma, salam untuk Tuhan, ya...
Sampaikan bahwa kami ingin bersama kembali. Aamiin.

Surat ini ditulis pada hari ketigabelas sepeninggalanmu selamanya, menuju tempat indah yang kekal disana.

Salam.
Kami yang selalu rindu padamu.

Minggu, 22 Agustus 2021

Kisah Kami

- Tentang Berbuat Baik -

    Setiap manusia pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap manusia juga punya sifat yang berbeda-beda. Kalau kata mama, kita gak akan pernah bisa dapetin orang yang sifatnya kayak yang kita mau. Jadi, ya pinter-pinternya kita menghadapi si manusia itu. Kata mama juga, tetep jadi diri kita semampu kita dan tidak merugikan orang lain.

    Jangan heran kalau cerita ini akan banyak menyebut subjek mama, ya karena udah jarang banget nyebut subjek itu. Rasanya belum sebulan bliau pulang ke kehidupan yang kekal, tapi kayak udah kangen aja manggil subjek itu. Tapi, gak apa-apa. Yuk, baca cerita aku bersama mamaku. Kenapa buat ini? Karena buat jadi media aja, selama ini rasanya kurang ruang buat berbagi. Bukan karena gak ada tempat, tapi memang aku gak tahu caranya buat melepaskan apa yang aku rasa. Cuma punya ruang saat duduk setelah sembahyang, ditambah lagi aku punya dua orang berharga yang harus aku jaga seluruhnya.

    Ok, ini tentang mama yang selalu punya slogan “selalu berbuat baik”. Bliau adalah seorang yang bekerja keras, banget. Tidak begitu peduli apa yang dia rasa, dia selalu mau lakukan yang terbaik (ini nurun banget ke aku HAHAHA). Setiap orang yang butuh bantuan, dia akan bantu semampunya, meski hanya memberikan sebotol air. Pernah suatu ketika, mama hanya memberikan tenaganya untuk membantu. Bagi dia, itu gak seberapa. Tapi, buatku yang melihat segala prosesnya, itu bukan hal yang kecil, ya memang gak ada bentuk fisiknya, tapi jelas dia korbankan tenaganya. Tapi, ada kalanya hal kecil itu gak dihargai orang, ya bisajadi karena bantuannya kecil dan tidak terlihat.

“Padahal udah di rela-rela in, tapi gak akan kelihatan, kak kalau pandangannya tentang dibantu itu perihal harta.” Katanya.

“Kan udah aku bilang, Ma. Gak usah terlalu ngoyo bantuin orang kalau ujung-ujungnya cuma diomongin.” Kataku, yang selalu gak mau keluargaku ternodai.

“Gak apa-apa kak, berusaha ikhlas. Manusiawi kalau kita minta dilihat kebaikan kita ke orang, tapi ikhlas insyaallah semua kembali dari mana dan siapapun.” Mulia. Banget.

    Sampai semasa hidupnya, dia gak pernah berhenti berbuat baik. Sampai kadang diriku sendiri berpikir, apa nantinya dia dapatkan selayaknya? Sampai mama pergi meninggalkan dunia pun, segalanya kembali. Fisikmu tidak ada, tapi aku yakin, mama tersenyum melihat timbal balik dari segala yang pernah dilakukannya. Semua orang sibuk membicarakan kebaikannya. Sampai akupun, terlalu bersyukur. Alhamdulillah, mamaku pergi dengan meninggalkan kebaikan yang bisa jadi bahan pembicaraan orang ketika mengenang segala tentangnya.

“saya inget banget, mbak dia tuh pernah kasih saya kue waktu saya pesen, ya allah belum ilang itu wajahnya ternyata terakhir senyum sama saya.”

“saya gak nyangka banget, mbak. Rasanya baru kemarin dia ke warung terus nyapa kita-kita.”

“kayak mimpi, mbak. Jadi inget pas kita abis private ngaji, dia ajak saya makan terong. Padahal dia cuma masak dikit, tapi saya dibagi, mbak. Kamu inget kan?”

_________________________

Pokoknya, harus berbuat baik. Sama siapapun kita harus berbuat baik semampu kita. Percaya aja, Allah gak ciptain manusia baik cuma satu. Jangan pikirkan imbalannya, meskipun tetap manusiawi kalau merasa tidak dihargai, tapi keikhlasan itu kuncinya.

Dan keikhlasan kami melepasmu, insyaallah kami yakin engkau mudah bertualang menuju syurga, tempat terakhir dan abadi yang terbaik untukmu. Tunggu kami, ya. Do’a saya sebelum hari itu datang hanya satu “saya tetap mau bersama kalian (wahai orang tuaku) di surga nanti”. Aamiin.

 

Cerita singkat ini ditulis dengan jemari yang menggebu, penuh emosi dan air mata yang mengalir dengan bebas tanpa memikirkan apapun –Intan, yang selalu rindu