Yash! Im back...kembali bukan dengan imajinasi-imajinasi, duh
udah nunggak sama blog banget gak dilanjut-lanjutin, maafin aku blog. Aku kembali
dengan kenyataan dan semoga memotivasi. Ya engga bermaksud memotivasi juga,
intinya mau sharing aja, kalau dibaca alhamdulillah ya diambil yang baiknya aja kalau ada, kalau ga dibaca ya gapapa juga siik HEHEHE. Iyap pasti udah pada
kebaca sih mau sharing tentang apa. Tentang, perjalanan menuju sarjana. Bukan
hasilnya sih, tapi prosesnya.
Semua yang sedang atau yang sudah pasti punya beragam cerita
dan drama didalamnya. Ya gatau juga sih, kalau ada yang gak pakai drama. Kalau
aku, yaaaaa jelaslah..... queen of drama. Sedrama itu sih buat aku. Aku
mulai skripsi ini di awal tahun dengan segala sumber dan permasalahan yang aku
pegang. Sebenernya udah yakin kalau mau pilih metode kualitatif dan yakin
seyakin yakinnya! Pertama kali ketemu pembimbing, tiba-tiba merasa kalau aku
susah sejalan sama bliau. Artinya, apa yang aku mau tidak tersampaikan baik ke
bliau, begitu juga dengan pesan bliau yang tidak sampai dengan baik ke aku. Jujur,
untuk skripsi yang subjeknya ada di TK tuh tahun ini bener-bener keos. Kita
semua (aku) bener-bener harus kejar-kejaran sama jadwal tahun ajaran baru
dibulan Juli. Sedangkan, posisi skripsi kitapun sampai bulan Januari masih
konsultasi judul. Gimana? Kita harus berpikir gimana caranya bisa turun
lapangan sebelum tahun ajaran baru dimulai supaya bisa ikut seminar proposal
maksimal bulan Maret akhir, turun lapangan maksimal bulan April-Mei (Mei aja beberapa
sekolah udah libur), olah data maksimal bulan Juni, sidang akhir minimal bulan
Agustus awal, dan wisuda bulan September. Sok mangga dipersilakan berpikir. Dan
gak semua orang paham itu. Mereka tetep aja sibuk nanya kenapa belum lulus.
Ya Allah, baru juga mulai L WKWKWK
heran akutu. Yaudah namanya orang kan juga mau tau, siapa tau mau nyemangatin
ya. AAMIIN....
Akhirnya, aku berpikir... ketemulah, dengan mengganti metode.
Oke, karena tadi metode kualitatifku muter-muter dan tidak menemukan hasil
akhir (sedih), aku memilih metode lain. Oleh karena aku mulai kejar-kejaran
dengan tahun ajaran baru, aku pilih metode yang waktunya gak perlu lama dan
subjeknya masih anak-anak, tapi kuantitatif banget nih, gais. Aku tetep kekeuh subjekku
anak-anak, karena aku suka mengajar. Konsultasilah aku dengan pembimbingku.
Sama aja geeeesss, maksud masing-masing kita tidak tersampaikan dengan baik.
Hal tersebut terjadi karena, aku tidak menguasai metode itu. Ya kenapa dipilih?
Ya itu tadi, kejar-kejaran supaya gak kelewatan tahun ajaran.
Akhirnya, ditolak, ditolak,
ditolak. Oke fix, gabisa nih aku pilih metode ini. Aku pilih ini bukan karena
kemampuan aku, tapi karena aku takut gak kekejar wisuda September. Dihukum
kamu, Tan hahaha. Okelah, akhirnya aku pilih metode yg aku paham dan pemahaman
aku lebih paham dari sebelumnya, tindakan kelas (cari sendiri). Metode ini tuh
prosesnya lama, tindakannya butuh 2-3 siklus dengan beberapa kali pertemuan.
Makin lama dong?..............
(berlanjut geess)
p.s: jika istilah-istilah penelitian atau lainnya, yang gak banyak dan tidak dimengerti, silakan ditanya ke embah ya, teman-teman