Senin, 16 Desember 2019

Namanya juga proses.. (pt.1)

    Yash! Im back...kembali bukan dengan imajinasi-imajinasi, duh udah nunggak sama blog banget gak dilanjut-lanjutin, maafin aku blog. Aku kembali dengan kenyataan dan semoga memotivasi. Ya engga bermaksud memotivasi juga, intinya mau sharing aja, kalau dibaca alhamdulillah ya diambil yang baiknya aja kalau ada, kalau ga dibaca ya gapapa juga siik HEHEHE. Iyap pasti udah pada kebaca sih mau sharing tentang apa. Tentang, perjalanan menuju sarjana. Bukan hasilnya sih, tapi prosesnya.
   Semua yang sedang atau yang sudah pasti punya beragam cerita dan drama didalamnya. Ya gatau juga sih, kalau ada yang gak pakai drama. Kalau aku, yaaaaa jelaslah..... queen of drama. Sedrama itu sih buat aku. Aku mulai skripsi ini di awal tahun dengan segala sumber dan permasalahan yang aku pegang. Sebenernya udah yakin kalau mau pilih metode kualitatif dan yakin seyakin yakinnya! Pertama kali ketemu pembimbing, tiba-tiba merasa kalau aku susah sejalan sama bliau. Artinya, apa yang aku mau tidak tersampaikan baik ke bliau, begitu juga dengan pesan bliau yang tidak sampai dengan baik ke aku. Jujur, untuk skripsi yang subjeknya ada di TK tuh tahun ini bener-bener keos. Kita semua (aku) bener-bener harus kejar-kejaran sama jadwal tahun ajaran baru dibulan Juli. Sedangkan, posisi skripsi kitapun sampai bulan Januari masih konsultasi judul. Gimana? Kita harus berpikir gimana caranya bisa turun lapangan sebelum tahun ajaran baru dimulai supaya bisa ikut seminar proposal maksimal bulan Maret akhir, turun lapangan maksimal bulan April-Mei (Mei aja beberapa sekolah udah libur), olah data maksimal bulan Juni, sidang akhir minimal bulan Agustus awal, dan wisuda bulan September. Sok mangga dipersilakan berpikir. Dan gak semua orang paham itu. Mereka tetep aja sibuk nanya kenapa belum lulus. Ya Allah, baru juga mulai L WKWKWK heran akutu. Yaudah namanya orang kan juga mau tau, siapa tau mau nyemangatin ya. AAMIIN....
    Akhirnya, aku berpikir... ketemulah, dengan mengganti metode. Oke, karena tadi metode kualitatifku muter-muter dan tidak menemukan hasil akhir (sedih), aku memilih metode lain. Oleh karena aku mulai kejar-kejaran dengan tahun ajaran baru, aku pilih metode yang waktunya gak perlu lama dan subjeknya masih anak-anak, tapi kuantitatif banget nih, gais. Aku tetep kekeuh subjekku anak-anak, karena aku suka mengajar. Konsultasilah aku dengan pembimbingku. Sama aja geeeesss, maksud masing-masing kita tidak tersampaikan dengan baik. Hal tersebut terjadi karena, aku tidak menguasai metode itu. Ya kenapa dipilih? Ya itu tadi, kejar-kejaran supaya gak kelewatan tahun ajaran.
     Akhirnya, ditolak, ditolak, ditolak. Oke fix, gabisa nih aku pilih metode ini. Aku pilih ini bukan karena kemampuan aku, tapi karena aku takut gak kekejar wisuda September. Dihukum kamu, Tan hahaha. Okelah, akhirnya aku pilih metode yg aku paham dan pemahaman aku lebih paham dari sebelumnya, tindakan kelas (cari sendiri). Metode ini tuh prosesnya lama, tindakannya butuh 2-3 siklus dengan beberapa kali pertemuan. Makin lama dong?..............

(berlanjut geess)

p.s: jika istilah-istilah penelitian atau lainnya, yang gak banyak dan tidak dimengerti, silakan ditanya ke embah ya, teman-teman