- Tentang Berbuat Baik -
Setiap manusia
pasti punya kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Setiap manusia juga
punya sifat yang berbeda-beda. Kalau kata mama, kita gak akan pernah bisa
dapetin orang yang sifatnya kayak yang kita mau. Jadi, ya pinter-pinternya kita
menghadapi si manusia itu. Kata mama juga, tetep jadi diri kita semampu kita
dan tidak merugikan orang lain.
Jangan heran
kalau cerita ini akan banyak menyebut subjek mama, ya karena udah jarang banget
nyebut subjek itu. Rasanya belum sebulan bliau pulang ke kehidupan yang kekal,
tapi kayak udah kangen aja manggil subjek itu. Tapi, gak apa-apa. Yuk, baca
cerita aku bersama mamaku. Kenapa buat ini? Karena buat jadi media aja, selama
ini rasanya kurang ruang buat berbagi. Bukan karena gak ada tempat, tapi memang
aku gak tahu caranya buat melepaskan apa yang aku rasa. Cuma punya ruang saat
duduk setelah sembahyang, ditambah lagi aku punya dua orang berharga yang harus
aku jaga seluruhnya.
Ok, ini
tentang mama yang selalu punya slogan “selalu berbuat baik”. Bliau adalah
seorang yang bekerja keras, banget. Tidak begitu peduli apa yang dia rasa, dia
selalu mau lakukan yang terbaik (ini nurun banget ke aku HAHAHA). Setiap orang
yang butuh bantuan, dia akan bantu semampunya, meski hanya memberikan sebotol
air. Pernah suatu ketika, mama hanya memberikan tenaganya untuk membantu. Bagi dia,
itu gak seberapa. Tapi, buatku yang melihat segala prosesnya, itu bukan hal
yang kecil, ya memang gak ada bentuk fisiknya, tapi jelas dia korbankan
tenaganya. Tapi, ada kalanya hal kecil itu gak dihargai orang, ya bisajadi
karena bantuannya kecil dan tidak terlihat.
“Padahal udah di rela-rela in, tapi gak akan kelihatan, kak
kalau pandangannya tentang dibantu itu perihal harta.” Katanya.
“Kan udah aku bilang, Ma. Gak usah terlalu ngoyo bantuin
orang kalau ujung-ujungnya cuma diomongin.” Kataku, yang selalu gak mau
keluargaku ternodai.
“Gak apa-apa kak, berusaha ikhlas. Manusiawi kalau kita
minta dilihat kebaikan kita ke orang, tapi ikhlas insyaallah semua kembali dari
mana dan siapapun.” Mulia. Banget.
Sampai
semasa hidupnya, dia gak pernah berhenti berbuat baik. Sampai kadang diriku sendiri
berpikir, apa nantinya dia dapatkan selayaknya? Sampai mama pergi meninggalkan
dunia pun, segalanya kembali. Fisikmu tidak ada, tapi aku yakin, mama tersenyum
melihat timbal balik dari segala yang pernah dilakukannya. Semua orang sibuk
membicarakan kebaikannya. Sampai akupun, terlalu bersyukur. Alhamdulillah,
mamaku pergi dengan meninggalkan kebaikan yang bisa jadi bahan pembicaraan
orang ketika mengenang segala tentangnya.
“saya inget banget, mbak dia tuh pernah kasih saya kue
waktu saya pesen, ya allah belum ilang itu wajahnya ternyata terakhir senyum
sama saya.”
“saya gak nyangka banget, mbak. Rasanya baru kemarin dia
ke warung terus nyapa kita-kita.”
“kayak mimpi, mbak. Jadi inget pas kita abis private
ngaji, dia ajak saya makan terong. Padahal dia cuma masak dikit, tapi saya
dibagi, mbak. Kamu inget kan?”
_________________________
Pokoknya, harus berbuat baik. Sama siapapun kita harus
berbuat baik semampu kita. Percaya aja, Allah gak ciptain manusia baik cuma
satu. Jangan pikirkan imbalannya, meskipun tetap manusiawi kalau merasa tidak
dihargai, tapi keikhlasan itu kuncinya.
Dan keikhlasan kami melepasmu,
insyaallah kami yakin engkau mudah bertualang menuju syurga, tempat terakhir
dan abadi yang terbaik untukmu. Tunggu kami, ya. Do’a saya sebelum hari itu
datang hanya satu “saya tetap mau bersama kalian (wahai orang tuaku) di
surga nanti”. Aamiin.
Cerita singkat ini
ditulis dengan jemari yang menggebu, penuh emosi dan air mata yang mengalir
dengan bebas tanpa memikirkan apapun –Intan, yang selalu rindu